Di Negara Astina, Prabu Kresnadwipayana sedang memikirkan suksesi kerajaan untuk menggantikan dirinya. Ia merasa sudah tua dan saatnya untuk diganti yang lebih muda. Hal itu untuk melancarkan jalannya tata pemerintahan dan menghindari adanya konflik baik dari dalam maupun dari luar.
Tetapi Prabu Kresna Dwipayana merasa gundah karena sesuai adat hukum kerajaan bahwa yang berhak menggantikannya adalah putra tertua yakni Raden Drestarasta tetapi ia mempunyai kekurangan yakni cacat netra. Hal ini akan menimbulkan ketidaklancaran jalannya pemerintahan, sehingga bisa menimbulkan ringkihnya kerajaan. Tapi bila ia memilih anaknya yang kedua, inipun akan dianggap menyalahi adat hukum kerajaan, yang nantinya akan menimbulkan ketidakpuasaan disisi lain. Apalagi memilih anaknya yang ketiga, jelas tidak mungkin. Untuk itu ia tidak ingin memaksakan kehendak, justru ia menyerahkan kepada ketiga anaknya untuk berfikir siapa yang lebih mampu dan berhak untuk menggantikan dirinya
R. Drestarasta mengusulkan R. Pandu untuk menggantikan raja Astina. Ia merasa, walau sebagai putra tertua, namun ia menyadari akan kekurangannya. Sebagai seorang raja harus sempurna lahir dan batin hal ini untuk menjaga kewibawaan raja dan lancarnya pemerintahan. Namun R. Pandu tidak bersedia, ia berpedoman sesuai adat hukum kerajaan bahwa yang berhak menduduki raja adalah putra tertua, bila dipaksakan dikawatirkan dikemudian hari akan menimbulkan masalah. R. Yamawidura juga menolak karena merasa paling muda dan belum cukup umur untuuk memikul tanggung jawab sebagai raja.
Prabu Kresnadwipayana pertama merasa senang ternyata anak-anaknya dapat berfikir dengan hati nuraninya, menyadari akan kekurangan yang ada dalam dirinya dan bisa mendudukkan posisinya masing-masing, sehingga tidak saling berebut kekuasaan yang bisa menimbulkan perpecahan dan persaudaraan. Tapi Prabu Kresnadwipayana juga semakin gundah, bila suksesi tidak segera dilakukan akan menimbulkan ringkihnya kerajaan dan kurang lancarnya tata pemerintahan, hal ini akan menimbulkan ancaman baik dari luar maupun dari dalam kerajaan.
Disaat suasana semakin sedih dan gundahgulana tiba-tiba dikejutkan datangnya laporan bahwa Astina kedatangan musuh dari negara Lengkapura yang dipimpin Prabu Wisamuka. Prabu Krenadwipayana semakin gundah tapi satu sisi ia merasa dapat jalan, dalam dirinya berfikir inilah jalan untuk menguji ketiga putranya, siapa diantara ketiga putranya yang berhasil mengusir musuh sehingga disitu dapat dijadikan alasan untuk menetapkan jadi raja, sehingga rakyat nanti betul-betul menilai pemimpinnya sudah teruji dam mampu menyelamatkan rakyat, bangsa dan negaranya. Akhirnya ketiga putranya berangkat ke medan perang menghadapi Prabu Wisamuka .
Di medan pertempuran ketiga putra Astina berhadapan dengan Prabu Wisamuka. Namun karena kesaktian Prabu Wisamuka, ketiga putra Astina dapat dikalahkan, sehingga mengundurkan diri dan kembali ke Istana, tetapi R. Pandu, tidak kembali ke istana tapi masuk ke hutan mencari sarana untuk dapat mengalahkan musuh.
Dalam perjalanan di hutan, R. Pandu betemu dengan Batara bayu dan Kamajaya yang sebelumnya menyamar menjadi raksasa dan menyerang Pandu setelah dikalahkan kembali ke ujudnya . Oleh Bayu Pandu mendapat Aji Bargawastra dan di aku anak oleh Bayu dan diberi nama Gandawrakta dan oleh Kamajaya diberi keris Kyai Sipat Kelor. Setelah mendapatkan kesaktian R. Pandu kembali ke istana.
Di Negara Amarta, Prabu Kresnadwipayana merasa sedih karena kepergian R. Pandu yang tidak berpamitan sebelumnya, apalagi negara dalam keadaan bahaya. Tiba-tiba R. Pandu datang dan menceritakan maksud kepergiannya. Selanjutnya R. Pandu bermaksud ingin mengusir musuh dari Negara Astina. Maka dengan dibantu sahabat-sahabat kerajaan Astina, antara lain Prabu Kuntiboja dari Mandura, Prabu Mandradipa dari Kerajaan Mandraka, Pandu berangkat ke medan pertempuran.
Dengan kesaktian R. Pandu, Prabu Wisamuka dapat dibunuh dan bala tentaranya melarikan diri. Negara Astina kembali dalam keadaan aman, Pandu kembali ke Istana. Dengan keberhasilan R. Pandu mengusir musuh dan menyelamatkan negara ini, mendorong hati saudara tua maupun mudanya yakni R. Drestarasta dan R. Yamawidura untuk mendukung sepenuhnya R. Pandu untuk menggantikan Raja Astina. Prabu Kresna Dwipayana juga sependapat dengan anak-anaknya bahwa Pandu dianggap yang paling mampu memimpin negara Astina. Resi Bisma yang hadir di negara Astina saat itu juga mendukung pengangkatan R. Pandu untuk menjadi raja Astina. Maka dengan dukungan penuh baik dari kakek, ayah, saudara dan rakyat Astina, Pandu dinobatkan menjadi raja Astina menggantikan Prabu Kresna Dwipayana dengan gelar Prabu Pandu Dewanata.
Tetapi Prabu Kresna Dwipayana merasa gundah karena sesuai adat hukum kerajaan bahwa yang berhak menggantikannya adalah putra tertua yakni Raden Drestarasta tetapi ia mempunyai kekurangan yakni cacat netra. Hal ini akan menimbulkan ketidaklancaran jalannya pemerintahan, sehingga bisa menimbulkan ringkihnya kerajaan. Tapi bila ia memilih anaknya yang kedua, inipun akan dianggap menyalahi adat hukum kerajaan, yang nantinya akan menimbulkan ketidakpuasaan disisi lain. Apalagi memilih anaknya yang ketiga, jelas tidak mungkin. Untuk itu ia tidak ingin memaksakan kehendak, justru ia menyerahkan kepada ketiga anaknya untuk berfikir siapa yang lebih mampu dan berhak untuk menggantikan dirinya
R. Drestarasta mengusulkan R. Pandu untuk menggantikan raja Astina. Ia merasa, walau sebagai putra tertua, namun ia menyadari akan kekurangannya. Sebagai seorang raja harus sempurna lahir dan batin hal ini untuk menjaga kewibawaan raja dan lancarnya pemerintahan. Namun R. Pandu tidak bersedia, ia berpedoman sesuai adat hukum kerajaan bahwa yang berhak menduduki raja adalah putra tertua, bila dipaksakan dikawatirkan dikemudian hari akan menimbulkan masalah. R. Yamawidura juga menolak karena merasa paling muda dan belum cukup umur untuuk memikul tanggung jawab sebagai raja.
Prabu Kresnadwipayana pertama merasa senang ternyata anak-anaknya dapat berfikir dengan hati nuraninya, menyadari akan kekurangan yang ada dalam dirinya dan bisa mendudukkan posisinya masing-masing, sehingga tidak saling berebut kekuasaan yang bisa menimbulkan perpecahan dan persaudaraan. Tapi Prabu Kresnadwipayana juga semakin gundah, bila suksesi tidak segera dilakukan akan menimbulkan ringkihnya kerajaan dan kurang lancarnya tata pemerintahan, hal ini akan menimbulkan ancaman baik dari luar maupun dari dalam kerajaan.
Disaat suasana semakin sedih dan gundahgulana tiba-tiba dikejutkan datangnya laporan bahwa Astina kedatangan musuh dari negara Lengkapura yang dipimpin Prabu Wisamuka. Prabu Krenadwipayana semakin gundah tapi satu sisi ia merasa dapat jalan, dalam dirinya berfikir inilah jalan untuk menguji ketiga putranya, siapa diantara ketiga putranya yang berhasil mengusir musuh sehingga disitu dapat dijadikan alasan untuk menetapkan jadi raja, sehingga rakyat nanti betul-betul menilai pemimpinnya sudah teruji dam mampu menyelamatkan rakyat, bangsa dan negaranya. Akhirnya ketiga putranya berangkat ke medan perang menghadapi Prabu Wisamuka .
Di medan pertempuran ketiga putra Astina berhadapan dengan Prabu Wisamuka. Namun karena kesaktian Prabu Wisamuka, ketiga putra Astina dapat dikalahkan, sehingga mengundurkan diri dan kembali ke Istana, tetapi R. Pandu, tidak kembali ke istana tapi masuk ke hutan mencari sarana untuk dapat mengalahkan musuh.
Dalam perjalanan di hutan, R. Pandu betemu dengan Batara bayu dan Kamajaya yang sebelumnya menyamar menjadi raksasa dan menyerang Pandu setelah dikalahkan kembali ke ujudnya . Oleh Bayu Pandu mendapat Aji Bargawastra dan di aku anak oleh Bayu dan diberi nama Gandawrakta dan oleh Kamajaya diberi keris Kyai Sipat Kelor. Setelah mendapatkan kesaktian R. Pandu kembali ke istana.
Di Negara Amarta, Prabu Kresnadwipayana merasa sedih karena kepergian R. Pandu yang tidak berpamitan sebelumnya, apalagi negara dalam keadaan bahaya. Tiba-tiba R. Pandu datang dan menceritakan maksud kepergiannya. Selanjutnya R. Pandu bermaksud ingin mengusir musuh dari Negara Astina. Maka dengan dibantu sahabat-sahabat kerajaan Astina, antara lain Prabu Kuntiboja dari Mandura, Prabu Mandradipa dari Kerajaan Mandraka, Pandu berangkat ke medan pertempuran.
Dengan kesaktian R. Pandu, Prabu Wisamuka dapat dibunuh dan bala tentaranya melarikan diri. Negara Astina kembali dalam keadaan aman, Pandu kembali ke Istana. Dengan keberhasilan R. Pandu mengusir musuh dan menyelamatkan negara ini, mendorong hati saudara tua maupun mudanya yakni R. Drestarasta dan R. Yamawidura untuk mendukung sepenuhnya R. Pandu untuk menggantikan Raja Astina. Prabu Kresna Dwipayana juga sependapat dengan anak-anaknya bahwa Pandu dianggap yang paling mampu memimpin negara Astina. Resi Bisma yang hadir di negara Astina saat itu juga mendukung pengangkatan R. Pandu untuk menjadi raja Astina. Maka dengan dukungan penuh baik dari kakek, ayah, saudara dan rakyat Astina, Pandu dinobatkan menjadi raja Astina menggantikan Prabu Kresna Dwipayana dengan gelar Prabu Pandu Dewanata.